Ruang Kerja untuk Nomad & Remote Worker

Di awal tahun 2018 ini, saya bertekad untuk menggunakan waktu saya sebaik mungkin untuk bekerja. Saya yang hidup di Tangerang Selatan dan bekerja di tengah kota Jakarta memiliki sedikit tantangan komuter yang sayangnya memakan banyak waktu dan energi. Dalam sehari, saya mengarungi 20.9 km (sekali jalan) atau 41.8 km per hari. Dalam hitungan waktu, saya menghabiskan antara 2-4 jam untuk pergi dari rumah ke kantor dan sebaliknya. Such a waste of time, Bruh..

Beruntung dunia sudah berkembang sedemikian rupa dan memperkenalkan yang namanya internet, sehingga opsi remote working bisa menjadi salah satu solusi bagi saya. Oh iya, yang sedang kalian baca ini namanya blog. Krik. Sebelum saya mengambil opsi remote working, saya melakukan berbagai riset kecil yang diperlukan untuk mencari lokasi-lokasi ruang kerja yang asik, agar proses kreatif di kepala saya tidak mampat dan berhenti.

Ternyata setelah melakukan riset, dunia persilatan penyedia ruang kerja atau coworking space sedang kembali hangat dan diramaikan oleh kehadiran pemain-pemain bermodal besar seperti: CAV, GoWork, SpaceMob, EV Hive, ReWork, Kantorkuu & Block71. Selain itu, ada juga Bits, Biline, CoWorkInc, Cre8, Conclave, Freeware, TierSpace, WorkOut, Kedasi, Ke:Kini, Kolega & Kolla. Mereka tersebar di penjuru Jakarta dan Tangerang Selatan (JaTatan). 

Selain ruang kerja berupa coworking space, ternyata wilayah JaTatan juga diramaikan oleh coffee shop dan café yang dilengkapi dengan Wi-Fi, dan electric socket. Misalnya: jejaring Liberica; jejaring Starbucks yang secara desain semakin nyaman dan tidak lagi berlokasi di Mall; jejaring Bakoel Koffie yang kini tidak lagi konvensional karena berani menyediakan meja kerja panjang dengan electric socket. Sebuah kemajuan bagi kita semua, penduduk dunia yang semakin tua & modern.

Bagi saya ada beberapa pertimbangan yang saya ambil ketika memilih ruang kerja untuk remote working, diantaranya:

Bagaimana mencapai lokasidengan kemajuan transportasi publik di Jakarta, kini semakin banyak ruang kerja yang memegang prinsip TOD (Transit Oriented Development; baca: dekat dengan jalur Transjakarta & Commuterline). Contoh yang paling saya suka: Go-Work di UOB Plaza, Starbucks di Melawai, Blok M, Starbucks di Arteri Pondok Indah.

Bagaimana suasana di dalamnya? Tingkat kebisingan sebuah ruang kerja semakin berpengaruh berkat kemajuan teknologi speaker. Kadang playlist sebuah ruang kerja terlalu bising, kadang terasa terlalu melankolis, kadang terasa bising sekaligus melankolis. Selain kebisingan, jarak antara meja yang satu dengan yang lain juga mempengaruhi suasana. Bandingkan kerapatan antara meja yang satu dengan yang lain di Starbucks, dengan kerapatan duduk pelanggan warung soto gerobakan. Tentu kerapatan tersebut juga akan berpengaruh terhadap privasi individu-individu di dalamnya.

Bagaimana desain ruangnya? Sebagai penyuka desain yang sederhana, saya pribadi lebih suka dengan ruang kerja dengan desain beraksen concrete, wooden dan black; rasanya seperti anak kecil yang berdiri memegang kapur di depan sebuah papan tulisTetapi, kadang saya juga suka ruang dengan sentuhan ala kantor Agency Digital atau Startup; rasanya seperti content creator yang sedang haus inspirasi dan motivasi kerja.

Bagaimana fasilitas di dalamnya? Belakangan ruang-ruang kerja di JaTanta menyediakan fasilitas yang menyerupai kantor: meeting room, hotdedicated desk, locker, pantry dan lounge area (plus barista-nya), tentu juga ada Wi-Fi, electric socket & printer. Beberapa menyediakan fasilitas yang unthinkable & playful, misalnya: Skype Room, Phone BoothPlay-room untuk xBox dan Wii. Tetapi, buat saya yang paling penting adalah bangku yang nyaman & electric socket, karena untuk Wi-Fi saya lebih merasa aman menggunakan teknologi tethering dari HP saya.

Bagaimana ruang kerja tersebut mendukung pekerja di dalamnya? Sebagian besar coworking space menyediakan function hall berukuran 40-50 pax untuk menyelenggarakan berbagai sesi sharing; berbayar maupun gratis dengan startup experts dan prominent figure sebagai pembicara. Bagi saya, ini penting karena banyak remote & Startup worker perlu membangun jejaring pertemanan dengan sesama spesialis dari bidang-bidang yang berbeda. Siapa tahu sebuah obrolan biasa bisa menjadi proyek kolaborasi yang digarap serius.

___

Selanjutnya, aplikasi apa sajakah yang bisa membantu mengoptimalkan remote working?