Id-b2w: jakarta collaborated map

::click peta B2W for a larger map::

—-

Notes:

Peta ini dibuat untuk memberikan gambaran umum mengenai :
– Jalur Rombongan bersepeda Bike To Work Indonesia (di Jakarta maupun kota lainnya);
– Jalur Lone Rider;
– Jalur yang ramah bagi pesepeda;
sehingga rekan-rekan dapat berbagi menentukan jalur mana yang paling ideal dan menyenangkan untuk diikuti.
Peta ini sekaligus memberikan informasi mengenai ketersediaan parkir sepeda, baik yang disediakan oleh pengelola gedung secara resmi, maupun alternatif terbaik yang disediakan di lokasi (misalnya : dititipkan di pos satpam, concierge hotel, atau dikunci rantai di pagar terdekat).
Jangan lupa untuk berbagi lokasi kulineran dan bengkel ya! šŸ™‚

kelap-kelips #3

Inilah kali ketiga, diadakannya konvoy bersepeda untuk mengkampanyekan:

“SAFETY FIRST & SHARE THE ROAD”


Hari : JUMAT
Tanggal : 19 Maret 2010
Waktu : Pk. 19.00 – Selesai
Titik Kumpul : Put Put Golf, Senayan (masuknya dari seberang Gedung FX)

Rute Konvoy:
Put Put Golf, Senayan ~~ Bunderan HI ~~ Taman Ayodya Kebayoran Baru

Yang menjadi Host (tuan rumah) dari Kelap-Kelips yang ketiga ini adalah B2W-RoSela (Rombongan Jakarta Selatan). Mari kita “nguler” bersama sambil menggoda para pengendara motor dengan kelap-kelip lampu sepeda!

Acara ini tidak dipungut biaya, semuanya gratis!

Yang penting jangan lupa bawa:
*PAKAI HELM
*NYALAKAN LAMPU
*PATUHI RAMBU

Baiklah, Salam Berjuta Sepeda! šŸ™‚

tentang Warga Jakarta yang ber-koalisi

Saya selalu tertarik pada masalah tata ruang wilayah dan bagaimana kota menjadi Ruang Hidup yang layak bagi warga yang bernaung didalamnya. Suatu hari sekitar dua minggu lalu ketika saya sedang iseng mencari rencana tata ruang wilayah Jakarta Selatan karena teringat pada calon taman-taman kota yang sebelumnya SPBU. Di tengah pencarian, saya menemukan sebuah blog milik ā€œKoalisi Warga untuk Jakarta 2030ā€, dikatakan disana terbentuk sejak Desember 2009. Dalam hati saya berfikir, kenapa saya baru tahu soal keberadaan Koalisi ini?

Setelah membaca blog tersebut, saya jadi mengerti masalah apa yang terjadi dengan draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jakarta 2030. Salah satu masalahnya: rencana yang dibuat pihak pemerintah (dlm hal ini BAPEDA), terbelakang. Indikasi keterbelakangannya adalah minimnya partisipasi publik dalam pembuatan draft rencana tersebut. Indikator lainnya dapat kita lihat jika membandingkan apa yang dibuat oleh BAPEDA, dengan apa yang dibuat pemerintah lokal di kota lain di luar negeri untuk 20 tahun ke depan. Entah ini adil atau tidak, tapi untuk mencari pembanding kita memang harus selalu melihat yang lebih baik bukan?

Saya tercekat ketika membandingkan rencana yang dibuat empat kota besar dunia: London, New York, Melbourne dan Sydney.

Jakarta2030: http://www.rtrwjakarta2030.com/rtrw-dki-jakarta-2030

Sydney2030: http://www.cityofsydney.nsw.gov.au/2030/thevision/Downloads.asp

Melbourne2030: http://www.dse.vic.gov.au/melbourne2030online/content/site_functions/pdfs.html

NewYork2030:Ā  http://www.nyc.gov/html/planyc2030/html/downloads/download.shtml

London2030: http://www.scribd.com/doc/25000980

Di keempat kota besar dunia tersebut, pemerintahnya terlihat benar-benar serius ingin memperbaiki wilayah administratifnya dan membuka peluang bagi warganya untuk berperan serta dalam memetakan masalah yang ada serta mencari solusi sembari bersama membangun secara bertahap dan terukur, dengan target capaian yang jelas. Sesuatu yang belum dimiliki draft rancangan RTRW Jakarta 2030. Jangankan partisipasi publik, kesadaran publik atas keberadaan draft rancangan RTRW ini punĀ  rasanya rendah sekali.

Bila tertarik untuk membacanya, Anda bisa mengunduh draft rancangan RTRW Jakarta 2030 disini (Jakarta2030: http://www.rtrwjakarta2030.com/rtrw-dki-jakarta-2030). Saran saya, siapkan tissue sebanyak mungkin, karena sangat mungkin Anda menangis membaca draft rancangan yang dikerjakan tanpa keseriusan itu. Bayangkan Ruang Hidup dimana kita bernaung, perlahan hancur karena kesalahan dalam manajemen pengelolaannya. Untuk generasi muda seusia saya, membiarkan kota ini hancur sama dengan menyiapkan neraka bagi generasi saya dan penerus kelak.

Koalisi Warga Untuk Jakarta 2030 merupakan sekumpulan warga biasa yang sadar bahwa kota ini harus diselamatkan. Sebelum terlanjur hancur karena pemerintah tidak lagi memiliki kesadaran untuk memperbaiki diri dalam mengelola kota. Menggerakkan Jakarta menuju Kota yang lebih baik, begitulah kira-kira maksud dari hadirnya Koalisi Warga (untuk Rencana Tata Ruang Wilayah) Jakarta 2010-2030. Sekumpulan warga yang luar biasa ini berjejaring dan menyebarkan fakta-fakta mengenai rencana tata kota jakarta untuk 20 tahun kedepan kepada rekan-rekan mereka lainnya. Dan dukungan dan bantuan pun mulai berdatangan.

Setelah serangkaian serial diskusi, surat kepada pemerintah daerah dan audiensi dengan pemerintah, media mulai memuat berita mengenai masalah ini, dan publik pelan-pelan mulai mengetahui tentang adanya dokumen bernama RTRW2030, yang dapat menentukan cara hidup mereka di masa depan.

Oh iya, dalam rangka melibatkan warga Jakarta yang lebih luas, Koalisi Warga Jakarta 2030 membuat survey warga. Survey ini nantinya akan digunakan untuk mendesak pemerintah untuk membuat rencana tata ruang wilayah Jakarta 20 tahun kedepan yang lebih baik. Suara satu warga, atau sekelompok warga mungkin tidak berarti, namun jika ada satu juta kita, yang ingin hidup di Jakarta yang lebih baik, maka pemerintah daerah tidak akan punya pilihan selain memperbaiki caranya mengelola kota ini. Ikuti surveynya dan jadilah bagian dari perubahan! Satu juta kita bisa membuat Jakarta beda!

Survey Koalisi Warga Jakarta 2030: http://bit.ly/bAqOnG

Sebagai tambahan, Koalisi Jakarta membuka peluang bagi kita untuk berperan serta, salah satunya dengan menjadi relawan surveyor dalam survey warga. Dibutuhkan banyak sekali surveyor karena juga dibutuhkan banyak sekali warga yang disurvey agar bisa merubah kota yang sama-sama kita cintai ini… Bila berniat menjadi surveyor, silahkan tinggalkan nama, alamat email dan no.hp di kolom comment posting-an ini! šŸ™‚

Enrique Penalosa: Transportasi di Jakarta Mirip Penyakit Kanker

Sebagai Walikota Bogota periode 1998-2001, Enrique Penalosa sukses membawa perubahan pada layanan transportasi publik dengan memperkenalkan konsep jaringan bus jalur cepat (Bus Rapid Transportation/BRT).

Diresmikan pada 2002, sistem bernama Trans Millenio ini secara signifikan bisa menekan tingkat kemacetan lalu lintas sekaligus mampu menyediakan kebutuhan transportasi umum yang cepat di ibu kota Kolombia itu.

Trans Millenio yang diperkenalkan Penalosa itu kini mengilhami banyak pemerintah kota di manca negara, termasuk DKI Jakarta, yang pada 2004 lalu membangun layanan bus jalur cepat yang populer disebut dengan Busway.

Selama memerintah Bogota, Penalosa pun menerapkan sejumlah aturan yang radikal, diantaranya adalah menutup jalan-jalan protokol setiap hari Minggu selama beberapa jam bagi kendaraan bermotor pribadi. Tujuannya untuk memberi kesempatan bagi warga untuk berekreasi, berolahraga, dan bersepeda di jalan-jalan utama mengingat terbatasnya ruang terbuka untuk publik di Bogota.

Pensiun sebagai walikota, Penalosa kini bekerja sebagai konsultan di bidang visi pembangunan kota. Dia berkeliling ke manca negara untuk memperkenalkan konsep pembangunan kota yang manusiawi, yang memperhatikan warga dari semua lapisan.

Saat berkunjung ke Jakarta awal pekan ini, Penalosa diundang sebagai panelis dalam suatu diskusi yang membicarakan pembangunan transportasi kota.

Di sela-sela kegiatannya di Jakarta, mantan walikota kelahiran Washington DC itu menerima dua wartawan VIVAnews, Anda Nurlaila dan Pipiet Tri Noorastuti, untuk mengungkapkan kesan-kesannya mengenai pembangunan transportasi massal di Jakarta.

Berikut petikan wawancara Penalosa.

Mengapa transportasi publik penting bagi suatu kota?

Setiap warga negara berhak mendapat transportasi. Transportasi bagi semua warga negara adalah simbol demokrasi. Sebanyak 30.000 sepeda sama pentingnya dengan 30.000 mobil. Penting untuk menciptakan jalur untuk semua warga, pengguna sepeda, pejalan kaki dan pengguna mobil.

Bagaimana Anda melihat transportasi di Jakarta?

Di Jakarta orang merasa malu menggunakan sepeda karena dianggap hanya transportasi untuk orang miskin. Kalau ada jalur sepeda yang nyaman masyarakat punya pilihan akan transportasi. Sebanyak 35 persen pendapatan masyarakat habis untuk transportasi.

Transportasi publik seharusnya bisa berguna untuk kesejahteraan. Jalan harus memiliki ruang bagi para penggunanya, pejalan kaki, sepeda, bus dan mobil. Harus ada keinginan politik yang kuat dari pemerintah, bukan sekedar teknis.

Bagaimana menciptakannya?

Harus dari sistem. Orang harus dipaksa untuk melaksanakannya. Sekarang semua orang punya kendaraan dan mereka pergi ke ke tempat kerja, pusat perbelanjaan, pusat kota. Akhirnya padatnya kendaraan membuat keadaan tidak nyaman dan membuat kemacetan.

Di negara maju, orang berjalan dari rumah dan menuju kantor beberapa blok. Di negara maju tidak ada pusat belanja di tengah kota karena membuat kota menjadi tidak nyaman dan semua orang lebih enak menggunakan pejalan kaki. Tetapi di negara seperti Indonesia dan Kolombia dan negara-negara terbelakang, pusat kota menjadi tidak teratur dan perbelanjaan terletak di tengah-tengah.

Bagaimana pendapat Anda mengenai pembangunan transportasi publik di Jakarta, seperti busway (BRT) dan kereta bawah tanah (MRT)?

Pengembangan transportasi umum bisa dilakukan dengan banyak cara. Mengembangkan subway maupun busway sama-sama baik. Tetapi yang dipertimbangkan adalah investasi. DKI Jakarta merencanakan US$ 900 juta untuk membangun subway sepanjang 14 km. Sedangkan investasi untuk Busway US$ 5 juta, itu sudah termasuk konsultan, manajerial, kontrak, operator, base elekrotnik kartu dan legal konsultan. Dengan nilai yang sama, US$900 juta, maka bisa membangun 180 km jalur BRT.

Tapi BRT tampaknya tidak mengurangi kemacetan. Menurut Anda?

Kemacetan dan mobilitas adalah duaĀ  hal yang berbeda dan punya solusi berbeda pula. Setiap tahun ada 100.000 mobil baruĀ  di Jakarta, dan ada jalur baru yang dibangun. Tetapi tetap saja ada kemacetan. Sebab mobilitas orangĀ  yang semakin sering dan jarak tempuh yang semakin jauh.

Kemacetan bukan saja disebabkan dari jumlah kendaraan, tapi juga jumlah perjalanan yang bertambah. Kemacetan tidak akan berkurang karena penambahan jalan.

Selain itu soal keamanan dan kenyamanan. Di MRT London, banyak wanita yang tidak merasa aman berada di subway. Di bus, lebih aman karena bisa mengawasi sekeliling. Kereta memang lebih cepat tapi jarak antara stasiun jauh dan harus menempuh jarak lebih jauh.

Sementara busway, memang lebih lambat tetapi dengan satu tiket orang bisa bepergian ke tempat yang jauh dan ada interseksi busway yang memungkinkan orang berpindah rute.

Setelah lima tahun layanan busway di Jakarta atau TransJakarta masih dianggap belum berhasil. Apa sebabnya?

Menyelenggarakan transportasi publik TransJakarta harus dilakukan dengan keinginan untuk bertahan. Jakarta adalah kota di Asia yang pertama menggunakan BRT. Tetapi sekarang kota Guangzhou, China, memiliki sistem BRT yangĀ  bagus.

Saya pikir Jakarta mampu menjadi lebih baik. Solusinya TransJakarta harus dibenahi kembali.

Sudah mencoba TransJakarta? Bagaimana kesannya?

Saya mencoba Trans Jakarta dua kali. Saya lihat pintunya kurang lebar sehingga sulit bagi pengguna kursi roda, tidak mendukung bagi orang cacat.

Waktu menunggunya lebih lama. Di Bogota kami menggunakan bus yang lebih banyak mengangkut penumpang, sekali jalan bisa menggunakan tiga bus konvensional yang disambung. BRT juga terintergrasi dengan feeder bus kecil yang beroperasi di jalan ke stasiun tetapi tidak di disediakan jalur khusus.

Saran terhadap TransJakarta?

Harus lebih banyak perubahan detail. Saran saya, para ahli berkumpul untuk membahas mengenai kontrak, manajemen, operator untuk membenahi TransJakarta. Membenahi transportasi di Jakarta yang sarat dengan kemacetan memangĀ  tidak menyenangkan.

Tapi harus ada yang melakukannya. Ini seperti mengobati penyakit kanker. Prioritas Gubernur adalah menempatkan manager TransJakarta tepat di depan kantornya agar selalu bisa diawasi.

Soal kemacetan Jakarta, apakah ada saran untuk mengatasinya?

Jalan yang sangat sempit dan hanya dilalui bus membuat lalu lintas bertambah macet. Di New York, ada 10 jalur jalan tapi tetap macet.

Pemerintah harus menjadikan bus sebagai prioritas dalam transportasi publik. Sekarang, pengemudi Jakarta menganggap dirinya paling penting daripada pengguna jalan yang lain.

Contoh kecilnya, pengguna sepeda motor tidak boleh menggunakan jalan tol. Mengapa? karena mereka tidak punya kekuatan ekonomi dan politik. Tidak ada kesetaraan disini, padahal hak warga negara dijamin Undang-Undang.

Setelah Bogota Trans Millenio di Bogota apakah pengguna mobil berkurang?

Tidak. Di Bogota juga Trans Millenio hanya 20 persen dan sisanya transportasi konvensional. Tapi 40 persen pengguna BRT di BogotaĀ  adalah pemilik mobil.Ā  JalurĀ  BRT 60 km mengangkut satu juta penumpang perhari.

Di kota-kota maju seperti London,Ā  Paris mereka menggunakan publik karena harus. Selain tidak ada tempat parkir, menggunakan angkutan umm jauh lebih cepat. Waktu tempuh dengan mobil selama 1 jam, sementara kalau menggunakan transportasi umum hanya 15 menit. Walaupun punya mobil orang-orang tetap menggunakan transportasi massal. Untuk meningkatkan mobilitas, solusinya menambah transportasi publik.

Solusi kemacetan apa saja?

Kemacetan solusinya hanya mengurangi penggunaan mobil. DiĀ  London, Paris, Hong Kong untukĀ  masuk pusatĀ  denganĀ  mobil harus membayar pajak US$ 20. Pemerintah juga membatasi ruana parkir di gedung-gedung. Parkir itu bukan kewajiban negara dan itu masalah pribadi. Negara wajib menyediakanĀ  pendidikan, kesehatan, transportasi termasuk jalur pejalan kaki.

Cara lainĀ  dengan menaikkan pajak bahan bakar. SepertiĀ  pada air`dan listrik, orang kaya membayar lebih mahal untuk subsidi penduduk miskin. Tapi di transportasi sama, tidak ada subsidi. Kalau ada subsidi hasilnya bisa digunakan untuk investasi transportasi massal yang lebih murah.

Apa bedanya MRT dan BRT?

Dari sisi investasi, MRT butuh lebih banyak daripada BRT. Investasi US$900 juta, hanya membangun MRT 14 km, dengan nilai sama bisa membangun 10 kali lebih banyak.

Biaya operasional MRT lebih mahal daripada BRT. Biaya operasional penumpang MRT US$1-3 per penumpang, BRT hanya 60-70 sen, bahkan kurang dari itu.

Apa kunci keberhasilan BRT di Bogota?

Keinginan kuat pemerintah untuk menjalankan. Tetap konsisten dan tetap bertahan. Di jakarta, secara legal pelaksanaannya lebih sulit karena ada tumpangtindih antara pemerintah pusat dan daerah mengenai pengelolaan jalan.

Padahal di UU, semua penumpang punya hak yang sama terhadap jalan. 60 persen warga Jakarta menggunakan sepeda motor bukan karena idiologi tetapi karena kebutuhan.

Apa kesulitan dalam BRT di Bogota?

BRT memang sangat sulit secara politik dan manajerial. Yang harus dilakukan adalah tetap melanjutkan dan bertahan. Kalau tidak Jakarta akan kemacetan akan memburuk dan akhirnya berhenti.

Selain itu, citra mempengaruhi transportasi. Di Manila, yang punya 3 kalur MRT kemacetannya lebih parah dari Jakarta.Ā  Pada 1940-an kereta api adalah idola. 1970-an bus yang lebih diminati karena dianggap lebih baik.

Apakah BRT mengurangi kendaraan pribadi?

Tranportasi publik tidak mengurangi jumlah penggunaan mobil. Di Bogota 20 persen penggunaĀ  BRTĀ  punya mobil.Ā  Kami punya kebijakanĀ  mobil diĀ  Bogota tidak boleh di jalankan tiap hari. Ada hari dimana mobil tidak boleh ke jalan beberapa hari dalam seminggu. Pengaturannya disesuaikan dengan nomor akhir di pelatnya.

Operasi manajemen bagaimana, apakah ditangani Pemerintah atau Swasta?
Pengelolaan BRT di Bogota samaĀ  dengan Jakarta. OperatorĀ  dilaksanakan pihak swasta melalui kontrak dengan Pemerintah. Pembayarannya dihitung per kilometer. Semua bis milik swasta, infrastrukturnya milik pemerintah.

(Via ā€¢ VIVAnews)